Berkenaan
dengan hafalan Rasulullah SAW, yang ada adalah hadits Riwayat Imam Bukhari
tentang larangan mengikuti bacaan AlQuran ketika sedang diturunkan dan Jibril
AS belum lagi selesai membacakan ayat-ayat Al-Quran, turunlah ayat di surat
Al-Qiyamah, "Laa tuharrik bihi lisanaka lita'jala bih"
(janganlah engkau menggerakan lisanmu dengan membaca Al-Quran karena engkau
tergesa-gesa dengannya) , apakah yang menyebabkan beliau berbuat seperti itu?
ada beberapa perbedaan pendapat tentang hal ini:
1. karena
proses turunnya wahyu merupakan sebuah proses yang memberatkan hingga
Rasulullah berkeinginan segera terhindar dari kesusahan.
2.
khawatir beliau lupa akan ayat yang baru saja turun, atau ada ayat yang lolos
dari hafalannya.
3.
keinginan beliau untuk menghafalnya.
4.
karena kecintaan beliau terhadap Al-Quran.
Menurut
Imam Ibnu Jarir, tidak mustahil tergabungnya sebab-sebab ini yang menjadi
alasan Rasulullah Saw mengikuti bacaan sebelum wahyu selesai diturunkan dan
memang Allah Swt menjamin bahwa Al-Quran akan terjaga dan Rasulullah SAW tidak
akan lupa seperti dalam ayat: "Sanuqri-uka fala tansa" (Kami
akan membacakan kepadamu maka engkau tidak akan lupa)
Adapun
hadits lainnya yang juga diriwaykan oleh Imam Bukhari, bahwasanya Rasulullah
SAW membaca hafalannya kepada JIbril AS, di setiap malam di bulan Ramadhan. Berkenaan
dengan perintah menghafal Al-quran Imam Bukhari menyebutkan dalam Kitab
Fadhailul; Quran Bab Istidzkarul quran wa ta'ahudu, Rasulullah mengumpamakan
hafalan dengan ikatan yang mudah lepas, "Demi Allah sesungguhnya ia
(hafalan Quran) lebih cepat lepas (lepasnya hafalan Al-quran bisa lebih cepat)
melebihi unta yang diikat.
Dalam
Tafsir Al-‘Arabi disebutkan Sanuqriuka fala tansa. Illa ma sya Allah.
(Kami akan membacakan [Al-Qur'an] kepadamu [Muhammad] maka kamu tidak akan
lupa, kecuali jika Allah menghendaki–ayat 6-7). Jelasnya, Kami akan jadikan
kamu sebagai pembaca atas apa yang tertulis di dalam “kitab kesiapan-ruhanimu”
yang tak lain adalah akal qurani-mu. Apa yang tertulis itu tak lain adalah
Al-Qur’an mencakup berbagai hakikat kebenaran. Dengan begitu, kamu akan selalu
ingat Al-Qur’an itu dan tak akan pernah lupa. Kecuali jika Allah berkehendak
untuk menjadikanmu lupa dan abai dari berbagai hakikat kebenaran itu. Lalu Dia
simpan berbagai hakikat (yang luput darimu itu) untuk maqam terpujimu
(syafaatmu) ketika kamu dibangkitkan. Innahu ya’lamu al-jahra wa ma yakhfa
(Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi–ayat 7). Yang
dimaksud dengan yang terang adalah kesempurnaan yang tampak dalam dirimu,
sementara yang dimaksud yang tersembunyi adalah berbagai kesempurnaan relung
daya-daya ruhani.
Wa
nuyassiruka li al-yusra (Dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah–ayat 8).
Ayat ini adalah lanjutan yang menyambung (athaf) dari ayat 6. Jelasnya,
(setelah Kami jadikan kamu sebagai pembaca atas apa yang tertulis dalam “kitab
kesiapan ruhanimu”, seperti ditegaskan dalam ayat 6, kemudian), Kami akan
membantumu dalam menempuh jalan yang mudah, yaitu jalan syariat yang luas dan
mudah yang tak lain adalah jalan termudah menuju Allah. Lebih jelasnya, Kami
sempurnakan dirimu dengan kesempurnaan ilmu dan amal yang utuh itu, Kami juga
menganugerahkan hikmah-puncak (al-hikmah al-balighah) dan kekuasaan yang
sempurna.
Fadzakkir
innafa’at al-dzikra
(Oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat–ayat
9). Maksudnya, sempurnakanlah akhlak manusia dengan berdakwah atau memberi
peringatan. Jika mereka siap menerima peringatan, maka peringatanmu itu akan
bermanfaat buat mereka. Atau, sekalipun peringatan itu secara umum tidak akan
bermanfaat buat semua orang, kecuali buat orang yang mau menerimanya saja,
tetapi, bagimu memberi peringatan itu tetap lebih baik. Alasan ini
disebutkan-Nya : karena peringatan itu bermanfaat. Kemudian, dalam ayat
selanjutnya, Allah menjelaskan lebih lanjut tentang manfaat peringatan itu.
Kata-Nya : Orang yang takut [kepada Allah] akan mendapat pelajaran
(sayadz-dzakkaru man yakhsyaha–ayat 10). Artinya, hanya mereka yang berhati
mulia dan berfitrah suci saja yang akan siap menerima peringatan itu dan akan
benar-benar terpengaruh. Mereka bisa menerima dan menjiwainya karena mereka
memiliki cahaya fitrah dan kesuciannya.
Kesimpulan
1. Siapapun
yang berkeinginan belajar membaca dan menghafal Al-Quran pastilah Allah Swt
akan memudahkan langkahnya dan akan dijauhkan dari kesulitan.
2. Jaminan
yang Allah Swt berikan dalam surah Al-A’laa seharusnya menjadi cambuk agar kita
semua termotivasi belajar mendalami Al-Qur’an.
3. Allah
Swt akan memberikan taufik ke jalan yang mudah bagi
siapasaja yang ingin memperdalam ilmu dan mencari kebenaran serta mengajak
kepada kebaikan.
Muhammad
Lembaga Tuntas Buta Aksara Al-Quran Indonesia
Berminat mengikuti pengajian rutinnya hubungi 0857 7619 8625
0 komentar:
Posting Komentar
Anda Dapat Mengirimkan Komentar dan Pertanyaan Seputar Al-Qur'an. Seluruh Pertanyaan dan Jawaban akan ditampilkan pada Buletin Tuuba (تُوْبَي) Edisi Selanjutnya.