Senin, 05 Mei 2014

Jaminan Kemudahan Membaca dan Menghafal Al-Quran

Berkenaan dengan hafalan Rasulullah SAW, yang ada adalah hadits Riwayat Imam Bukhari tentang larangan mengikuti bacaan AlQuran ketika sedang diturunkan dan Jibril AS belum lagi selesai membacakan ayat-ayat Al-Quran, turunlah ayat di surat Al-Qiyamah, "Laa tuharrik bihi lisanaka lita'jala bih" (janganlah engkau menggerakan lisanmu dengan membaca Al-Quran karena engkau tergesa-gesa dengannya) , apakah yang menyebabkan beliau berbuat seperti itu? ada beberapa perbedaan pendapat tentang hal ini:
1. karena proses turunnya wahyu merupakan sebuah proses yang memberatkan hingga Rasulullah berkeinginan segera terhindar dari kesusahan.
2. khawatir beliau lupa akan ayat yang baru saja turun, atau ada ayat yang lolos dari hafalannya.
3. keinginan beliau untuk menghafalnya.
4. karena kecintaan beliau terhadap Al-Quran.

Menurut Imam Ibnu Jarir, tidak mustahil tergabungnya sebab-sebab ini yang menjadi alasan Rasulullah Saw mengikuti bacaan sebelum wahyu selesai diturunkan dan memang Allah Swt menjamin bahwa Al-Quran akan terjaga dan Rasulullah SAW tidak akan lupa seperti dalam ayat: "Sanuqri-uka fala tansa" (Kami akan membacakan kepadamu maka engkau tidak akan lupa)

Adapun hadits lainnya yang juga diriwaykan oleh Imam Bukhari, bahwasanya Rasulullah SAW membaca hafalannya kepada JIbril AS, di setiap malam di bulan Ramadhan. Berkenaan dengan perintah menghafal Al-quran Imam Bukhari menyebutkan dalam Kitab Fadhailul; Quran Bab Istidzkarul quran wa ta'ahudu, Rasulullah mengumpamakan hafalan dengan ikatan yang mudah lepas, "Demi Allah sesungguhnya ia (hafalan Quran) lebih cepat lepas  (lepasnya hafalan Al-quran bisa lebih cepat) melebihi unta yang diikat.

Dalam Tafsir Al-‘Arabi disebutkan Sanuqriuka fala tansa. Illa ma sya Allah. (Kami akan membacakan [Al-Qur'an] kepadamu [Muhammad] maka kamu tidak akan lupa, kecuali jika Allah menghendaki–ayat 6-7). Jelasnya, Kami akan jadikan kamu sebagai pembaca atas apa yang tertulis di dalam “kitab kesiapan-ruhanimu” yang tak lain adalah akal qurani-mu. Apa yang tertulis itu tak lain adalah Al-Qur’an mencakup berbagai hakikat kebenaran. Dengan begitu, kamu akan selalu ingat Al-Qur’an itu dan tak akan pernah lupa. Kecuali jika Allah berkehendak untuk menjadikanmu lupa dan abai dari berbagai hakikat kebenaran itu. Lalu Dia simpan berbagai hakikat (yang luput darimu itu) untuk maqam terpujimu (syafaatmu) ketika kamu dibangkitkan. Innahu ya’lamu al-jahra wa ma yakhfa (Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi–ayat 7). Yang dimaksud dengan yang terang adalah kesempurnaan yang tampak dalam dirimu, sementara yang dimaksud yang tersembunyi adalah berbagai kesempurnaan relung daya-daya ruhani.

Wa nuyassiruka li al-yusra (Dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah–ayat 8). Ayat ini adalah lanjutan yang menyambung (athaf) dari ayat 6. Jelasnya, (setelah Kami jadikan kamu sebagai pembaca atas apa yang tertulis dalam “kitab kesiapan ruhanimu”, seperti ditegaskan dalam ayat 6, kemudian), Kami akan membantumu dalam menempuh jalan yang mudah, yaitu jalan syariat yang luas dan mudah yang tak lain adalah jalan termudah menuju Allah. Lebih jelasnya, Kami sempurnakan dirimu dengan kesempurnaan ilmu dan amal yang utuh itu, Kami juga menganugerahkan hikmah-puncak (al-hikmah al-balighah) dan kekuasaan yang sempurna.

Fadzakkir innafa’at al-dzikra (Oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat–ayat 9). Maksudnya, sempurnakanlah akhlak manusia dengan berdakwah atau memberi peringatan. Jika mereka siap menerima peringatan, maka peringatanmu itu akan bermanfaat buat mereka. Atau, sekalipun peringatan itu secara umum tidak akan bermanfaat buat semua orang, kecuali buat orang yang mau menerimanya saja, tetapi, bagimu memberi peringatan itu tetap lebih baik. Alasan ini disebutkan-Nya : karena peringatan itu bermanfaat. Kemudian, dalam ayat selanjutnya, Allah menjelaskan lebih lanjut tentang manfaat peringatan itu. Kata-Nya : Orang yang takut [kepada Allah] akan mendapat pelajaran (sayadz-dzakkaru man yakhsyaha–ayat 10). Artinya, hanya mereka yang berhati mulia dan berfitrah suci saja yang akan siap menerima peringatan itu dan akan benar-benar terpengaruh. Mereka bisa menerima dan menjiwainya karena mereka memiliki cahaya fitrah dan kesuciannya.

Kesimpulan
1. Siapapun yang berkeinginan belajar membaca dan menghafal Al-Quran pastilah Allah Swt akan memudahkan langkahnya dan akan dijauhkan dari kesulitan.
2. Jaminan yang Allah Swt berikan dalam surah Al-A’laa seharusnya menjadi cambuk agar kita semua termotivasi belajar mendalami Al-Qur’an.
3Allah Swt akan memberikan taufik ke jalan yang mudah bagi siapasaja yang ingin memperdalam ilmu dan mencari kebenaran serta mengajak kepada kebaikan.

Muhammad
Lembaga Tuntas Buta Aksara Al-Quran Indonesia
Berminat mengikuti pengajian rutinnya hubungi 0857 7619 8625

Download Artikel Islami Versi PDF (Gratis)

Buletin Tuntas Buta Aksara Al-Qur'an (Tuuba) 18 April 2014 versi PDF disini
Buletin Tuntas Buta Aksara Al-Qur'an (Tuuba) 25 April 2014 versi PDF disini
Buletin Tuntas Buta Aksara Al-Qur'an (Tuuba) 2 Mei 2014 versi PDF disini
Buletin Tuntas Buta Aksara Al-Qur'an (Tuuba) 9 Mei 2014 versi PDF disini


0 komentar:

Posting Komentar

Anda Dapat Mengirimkan Komentar dan Pertanyaan Seputar Al-Qur'an. Seluruh Pertanyaan dan Jawaban akan ditampilkan pada Buletin Tuuba (تُوْبَي) Edisi Selanjutnya.