Siapapun kita pasti menginginkan surga sebagai tempat kediaman terakhir yang abadi dan penuh kenikmatan. Surga merupakan ganjaran yang diperuntukkan bagi mereka yang senantiasa berbuat suatu kebaikan secara konsisten tanpa mengenal pamrih. Inilah yang sering tidak kita pahami, kenapa? Kita selalu meminta agar Allah Swt memberikan surga kepada kita tetapi kita lupa dan masih terhanyut dengan gemerlapnya kehidupan dunia ini. berikut ungkapan dalam hadits Qudsi yang hendaknya menjadi pelajaran untuk kita semua:
Allah berfirman :
“Wahai manusia ! Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi ia hidup bersuka-ria.
Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi ia asyik mengumpulkan dan menumpuk harta benda.
Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak.
Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai.
Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya.
Aku heran pada intelektual, yang bodoh dalam soal moral.
Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor.
Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya sendiri.
Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi segala perilakunya, tapi ia berbuat durjana.
Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri, lalu dimintai pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap belas-kasih dari orang lain.
Sungguh tiada Tuhan kecuali Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku”.
Bagi mereka yang telah mampu menyelami keindahan dzat Allah Swt tidaklah mustahil baginya mampu mengenali dirinya sehingga permintaannya kepada Allah Swt tidak akan muluk-muluk. Akan tetapi, mereka terus beramal tanpa pernah mengharapkan balasan pahala, surga dan lainnya tapi yang mereka harapkan adalah keridhoan dari Rabb mereka Allah Swt.
Dari sekian banyak cara mendekatkan diri dan meraih keridhoan Allah tersebut, salahsatunya adalah dengan menghafal kalam-kalam atau firman Allah Swt yaitu Al-Quran. Penghafal Al-Quran mempunya beberapa kelebihan yang banyak sekali dijelaskan dalam hadits-hadits rasul Saw dan juga menjadi amalan yang sangat utama dikalangan para sahabat dan salafush sholih.
berikut beberapa hadits tentang keutamaan menghafal Al-Quran:
1. Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt memiliki ahli-ahli dari golongan manusia.” Lalu ditanyakan (pada beliau Saw) siapakah ahli Allah dari mereka? Beliau menjawab, “Yaitu ahlul Qur’an (orang yang hafal Al-Qur’an dan mengamalkannya), mereka adalah ahli Allah (wali-wali Allah), dan memiliki kedudukan khusus di sisi-Nya.” (HR. Ahmad)
Jadi, apa makna para ahli (keluarga) Allah itu? Mereka adalah golongan manusia yang paling dicintai Allah Swt. Dan tentu, Allah mencintai mereka karena mereka mencintai Kalam-Nya, yang senantiasa menyertai dan membacanya pada siang dan malam hari serta mereka menghafalnya dalam dada mereka sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para penghafal Al-Qur’an. Karena Nabi Saw pernah bersabda, “Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan, dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al-Qur’an dan As-Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Hal ini menunjukkan bahwa para penghafal Al-Qur’an adalah orang yang disegani dan dijadikan pionir dalam kehidupan manusia. Potret dan pola hidup penghafal Al-Qur’an merupakan proses Pembina (tarbiyah) untuk pribadi sekaligus umat. Kalau seandainya di tengah-tengah kita banyak para penghafal Al-Qur’an yang menghiasi diri mereka dengan sifat dan karakter yang istimewa, insya Allah kita akan senantiasa melihat nuansa hidup yang menyenangkan dan nyaman. Sebab, Al-Qur’an merupakan sumber yang menghiasi dan mewarnai segala bentuk kehidupan manusia. Ketika individu-individunya mencerminkan akhlak Qur’ani, insya Allah akan membuka terwujudnya masyarakat yang Qur’ani; masyarakat sebagaimana potret kehidupan Rasulullah dan para shahabat.
3. Dengan Al-Qur’an, Allah Swt mengangkat derajat para penghafal Al-Qur’an serta memakaikan kepada kedua orangtua si penghafal berupa mahkota yang sinarnya lebih terang daripada sinar matahari. Di samping itu, dalam setiap hurufnya bernilai satu kebaikan dan setiap kebaikan itu bernilai sepuluh kebaikan.
Abdullah bin Mas’ud RA. menuturkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka dia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan itu bernilai sepuluh kebaikan semisalnya, aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Tidakkan kita mau jika Al-Qur’an yang agung ini menjadi syafa’at bagi kita di dalam kubur dan Hari Kiamat kelak, kemudian ia menggandeng dan memasukkan serta mengantarkan kita ke surga?
Pada surah Al-Fathiir ayat 32 Allah Swt berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ
وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Arti surat Al-Fatir ayat 32
"Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."
(Q.S. Al-Fatir: 32).
وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ inilah yang sangat dianjurkan sehingga membuat para penghafal Al-Qur'an menjadi hamba-hamba pilihan serta termasuk keluarga Allah Swt di dunia, Kenapa? karena mereka mampu membaca Al-Qur'an serta menjaga kalam-kalan Al-Qur'an dan mengamalkan segala isinya tidak kenal waktu siang maupun malam sehingga Al-Qur'an akan tetap terjaga dari kepunahan sebagaimana yang dialami oleh kitab-kitab samawi lainnya.
Sekian Sharing singkat dari kami, semoga menjadi refleksi dan penyegaran rohani agar kita mampu dan semakin giat menghafal Al-Qur'anul karim.
Tulisan ini juga akan dimuat di Blog "Buletin Tuuba" Edisi Selanjutnya Dan Akan terbit setiap jum'at. Pemesanan buletin atau berminat mengikuti pengajian bersama Tuntas Buta Aksara Al Qur'an di Indonesia Silahkan hubungi 085776198625.
0 komentar:
Posting Komentar
Anda Dapat Mengirimkan Komentar dan Pertanyaan Seputar Al-Qur'an. Seluruh Pertanyaan dan Jawaban akan ditampilkan pada Buletin Tuuba (تُوْبَي) Edisi Selanjutnya.