Senin, 16 Juni 2014

Syahid Seorang Sahabat


Pernahkah Anda melihat seseorang menjelang sakratul maut? Berapakali Anda melihat mereka yang terbelalak ketakutan, yang kesakitan atau yang hanya seperti hendak tidur?

Aku punya seorang teman dekat di SMU I Binjai bernama Wati. Ia dara berjilbab yang sangat cantik, supel, berbudi, senang menolong orang lain dan selalu menjadi juara kelas. Maka seperti mendengat petir di siang hari, saat kudengar ia yang sudah sekian lama tak masuk sekolah ternyata mengidap kanker rahim. Bahkan sudah menyebar hingga stadium empat!!

Sekolah kami berduka. Para aktivis rohis amat sedih. Wati adalah motor segala kegiatan dakwah. Ide-idenya segar. Ia selalu punya terobosan baru. Ia bisa mendekati dan disukai siapapun. Sungguh, kami tak memiliki Wati yang lain.

Maka betapa pedih menatapnya hari itu. Ia tergolek lemah di ranjang. Badannya menjadi amat kurus. Wajahnya pasi. Setelah sakit berbulan-bulan, hari ini ia tak mampu lagi mengenali kami!“Wati sudah sebulan ini tak bisa bangun-,” kata ibunya sambil mengusap airmatanya. Namun kami berbelalak, saat baru saja ibunya selesai bicara, perlahan Wati berusaha untuk bangun. Kami semua tercengang saat ia berdiri dan berjalan melintasi kami seraya berkata dengan suara nyaris tak terdengar, “Aku mau berwudhu dan shalat Dhuha.”Serentak kami semua berebutan membimbingnya ke kamar mandi. Setelah itu ibunya memakaikannya mukena dan sarung. Sementara ayahnya kembali membaringkannya di tempat tidur karena ia terlalu lemah untuk shalat sambil berdiri.

Hening. Tak seorang pun yang bersuara saat ia melakukan sholat Dhuha. Selesai sholat, saat ibunya akan membukakan mukena, ia melarang dengan halus. Lalu lama sekali dipandanginya wajah ibu, ayah dan adik-adiknya satu persatu bergantian. Dari mulutnya terus menerus terdengar asma Allah. kami yang menyaksikan tak kuat lagi menahan tangis. 
.
Tiba-tiba Wati tersenyum. Ia memandang kami, teman-temannya, dengan penuh sayang. Lalu kembali memandang wajah ayah, ibu dan adik-adiknya bergantian. Kini kulihat butiran bening menetes dari sudut matanya. Lalu susah payah ia mengangkat kedua tangannya dan mendekapkannya di dada. Dengan tersenyum ia menutup kedua matanya sambil mengucapkan dua kalimat syahadat dengan sangat lancar. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’uun. Ia telah pergi untuk selamanya. Bagai melayang aku menyaksikan semua.

Dadaku berdebar, lututku gemetar. Subhanallah, ia telah kembali dengan sangat sempurna dalam usia yang baru 18 tahun.Tiba-tiba, antara ilusi dan kenyataan, aku mencium wewangian. Tubuhku bergidik. Aku menangis terisak-isak. 


Allah, siapkah aku bila Engkau ingin bertemu??

::: Order DVD Anak Sholeh Film kartun edukasi untuk anak usia 1 sampai 15 tahun. Buruaaan Order sekarang selama masa promosi dan diskon menjelang ramadhan. Klik Disini Untuk Mengunjungi Toko Online Kami :::

Related Posts:

  • Syahid Seorang Sahabat Pernahkah Anda melihat seseorang menjelang sakratul maut? Berapakali Anda melihat mereka yang terbelalak ketakutan, yang kesakitan atau yang hanya seperti hendak tidur? Aku punya seorang teman dekat di SMU I Binjai be… Read More
  • Ingin Keturunan Mulia? Pilih Pasangan Hidup yang Kokoh Agamanya Malam itu, Umar bin Khattab kembali berkeliling melihat kondisi rakyatnya. Sengaja, selain bertemu dan melayani rakyatnya di siang hari, Umar bin Khattab juga memanfaatkan waktu malam agar ‘inspeksi’-nya tidak diketahui o… Read More
  • Wanita, Kau Begitu Berharga Di zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad ke bumi Arab, manusia pada saat itu berada di masa kejahiliyahan. Kebanyakan dari mereka adalah budak hawa nafsu. Mereka menghormati para raja dan petinggi-petinggi suku, tapi … Read More
  • Ketahuan Shalat di Pesawat, Pramugari Garuda Dipuji Warga Malaysia Seorang pramugari Garuda Indonesia menuai banyak simpati dari warga Malaysia. Hal itu setelah penumpang asal Kepong, Malaysia, membagikan foto yang ia ambil di pesawat.  Eddie Putra, melalui akun facebooknya, menc… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Anda Dapat Mengirimkan Komentar dan Pertanyaan Seputar Al-Qur'an. Seluruh Pertanyaan dan Jawaban akan ditampilkan pada Buletin Tuuba (تُوْبَي) Edisi Selanjutnya.