Senin, 30 Juni 2014

Puasa Melipat Gandakan Pahala dan Amal Umat Nabi Muhammad Saw

Puasa mensucikan  jiwa kita yang kotor karena Allah menakdirkan umur umat nabi muhammad pendek. Makanya Allah memberikan ilham agar mereka mampu melampaui kehebatan ibadah umat-umat sebelumnya.

Lihat saja bulan ramadhan yang kelebihan didalamnya sangat banyak, oleh karena kelebihan tersebut pahala puasa di bulan ramadhan pun tidak pernah disebutkan Allah secara detail dalam Al-Qur'an. Dan satu malam yang sangat special pun ada di bulan mulia ini yaitu malam lailatul qadar. Siapa yang beribadah di malam itu maka ganjarannya sama dengan beribadah pada 1000 bulan lainnya (kira-kira 83 tahun lamanya).

Inilah cara Allah memuliakan umat nabi saw dengan akselarasi (kecepatan) yang tidak diilhamkan kepada umat sebelumnya. Orang dulu umurnya panjang-panjang tapi untuk menempuh perjalanan dari Jakarta-Bandung bisa mencapai waktu berbulan-bulan namun sekarang hanya hitungan jam bisa sampai di Bandung. Begitu juga untuk berhaji, dahulu butuh waktu berbulan-bulan menggunakan kapal laut (sampai orang-orang sudah lupa dengan orang yang sedang beribadah haji), Namun sekarang hanya hitungan hari sudah bisa menyelesaikan rukun dan ibadah haji.

Maka tidak salah Allah memberikan bulan ramadhan dengan beragam ibadah dan ganjaran berlipat ganda didalamnya karena umat nabi muhammad saw memiliki usia pendek (hanya hitungan puluhan tahun saja). Mari bersyukur dengan datangnya bulan ramadhan serta tidak menyia-nyiakan kesempatan meraih keberkahan, keridhoan dan pengampunan dari Allah Swt. Wassalam!!!

Sumber

Kamis, 26 Juni 2014

Tatkala Para Sahabat Menangis

Wahai sahabat, apakah kalian termasuk golongan yang ‘melo’ (meminjam istilah gaul saat ini)- Melo atau melankolis dengan artian ; sensitifnya hati  sangat dianjurkan manakala terdengar kalam-kalam Allah dilantunkan. Jangan malu menangis karena insya Allah mata yang menangis pertanda hati yang sehat dan jernih. Ibnu Abbas berkata saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
 Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka: Mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata semalaman berjaga di jalan Allah “ (HR. Tirmidzi)
“ Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al Qur’an ) dibacakan kepada mereka , mereka menyungkurkan wajah, bersujud dan mereka berkata “Maha suci Rabb kami; sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi,” Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereke bertambah khusyuk” (Al Isra 107-109)
Menangis adalah satu karunia Allah kepada kita.  Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang tidak bisa meneteskan air mata. Bukan saja mata kita kering karena tidak ada air yang membasuhnya secara alami, tetapi juga kekeringan jiwa. Menangis bukan hanya karena  kehilangan orang yang dicintai, barang yang kita sangat sayangi ataupun karena sakit, tetapi menangis karena hati yang penuh takut dan harap kepada Zat yang menciptakan kita. Takut akan siksanya dan cemas jika tidak mendapat rahmatNya. Bergetarnya Qalbu dan badan manakala diperdengarkan ayat-ayat Nya.
Para sahabat adalah tokoh-tokoh tidak ada duanya setelah para Rasul dan Nabi dalam menempatkan hatinya  tunduk dan terpana dan tak berdaya di depan  kalimah Illahi. Inilah sebagian kisah mereka  yang menggambarkan kehalusan jiwanya manakala berinteraksi dengan ayat Al Qur’an.
ABU BAKAR
Prestasi  pada era kenabian Muhammad saw dan masa kekhalifahannya sangatlah agung untuk kita ingat dan sebutkan. Abu Bakar Ash Shidiq seorang laki-laki dewasa pertama yang beriman kepada Allah dan rasulNya,  khalifah rasulullah sekaligus sahabat beliau, laki-laki yang paling mencintai rasul dan menemaninya pada saat-saat mendebarkan di gua Hira. Namanya Abdullah bin Quhafah, Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’aab bin sa’ad bin taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay al quraisy At-taimi.
Imam al Bukhari di dalam kitab shahihnya meriwayatkan dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin Abdullah bahwa dia pernah diberitahu oleh ayahnya , ketika sakit yang diderita oleh Rasulullah semakin berat dan beliau diberitahu akan tibanya waktu shalat, beliau bersabda ,” suruhlah Abu Bakar untuk mengimami sahalat orang-orang.” Aisyah berkata , “ Sesungguhnya Abu Bakar itu seorang yang  sensitif ; jika membaca Al Qur’an dia tidak akan kuasa menahan tangisnya.” Rasulullah tetap mengatakan “ suruhlah abu Bakar untuk mengimami shalat!” Aisyah tetap membujuk beliau supaya menunjuk sahabat yang lain, namun beliau tetap memerintahkan ‘” Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami shalat! Kalian ini seperti saudara-saudaranya Yusuf saja !”
Pada  masa kaum muslimin mendapat cobaan , Abu Bakar dan keluarga keluar untuk hijrah ke negeri Habasyah. Ibnu Dhagina seorang pemuka di daerah qarah mempertanyakannya, “ Kamu mau kemana hai Abu Bakar/ Orang sepertimu mestinya tidak diusir dan jangan pergi  karena kamu selalu menyediakan lapangan pekerjaan bagi yang tidak punya, selalu menyambung silaturrahim, kamu selalu meringankan beban orang lain , memnghormati tamu dan selalu menegakkan kebenaran. Karena itu aku memberikan jaminan keamanan kepadamu. Kini pulanglah dan beribadahlah kepada Rabb mu di negeri mu sendiri!”
Abu Bakar pun kembali bersama Ibnu Daghinah . Orang-orang Quraisy mengatakan kepada Inu Dhaginah” suruhlah Abu Bakar untuk beribadah kepada Rabbnya di rumahnya saja . Disitu silakan saja dia mengerjakan  shalat dan dan  membaca apa saja sesuka hatinya. Jangan samapai ibadahnya itu mengganggu kami dan jangan sampai dia melakukan terang-terangan ..karena kami takut istri dan anak-anak kami terpengaruh olehnya.
Ketika Ibnu Dhaginah menyampaikan hal itu kepada Abu Bakar , terpikir untuk  mendirikan mesjid kecil di halaman rumahnya. Kemudian Abu Bakar  biasa mengerjakan shalat dan membaca al Qur’an disana . Tetapi  yang terjadi di luar perkiraan..para istri dan anak-anak orang musyrik berdesak-desakan di pintu karena takjub dan ingin menyaksikan Abu Bakar yang sering menangis dalam ibadahnya ! ..Akibatnya hal ini kembali  menggoncangkan tokoh-tokoh musyrik Quraisy dan mereka merasa terancam oleh tangisan  Abu Bakar..
UMAR BIN KHATAB
AL faruq , pengganti khalifah Rasulullah SAW, seorang laki-laki yang dengannya Allah menjadikan Islam gilang-gemilang. Dialah syahidul Mihrab (yang gugur sebagai syahid di Mihrab). Umar bin Khatab bin Nufail bin Abdul uzza bin Riyadh bn Abdullah bin razah bin Adi bin Ka’ab bin Ghalib Al Qurasyi Al Adawi, Abu Hafsh,  – dialah orang pertama yang dipanggil dengan Amirul Mukminin. Di masa kekhilafahannya banyak negeri di bebaskan dari kemusyrikan. Keutamaannya sangat banyak. Abu Bakar dan dia adalah dua orang wazir serta menteri Rasulullah dan keduanya adalah tetua dari para pemuka penghuni surga.
Ibnu Mas’ud berkata, “ Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kepemimpinannya adalah kasih sayang,” Selain segala ke’perwiraan” Umar, maka diapun adalah pemilik hati yang lembut dan sensitif. Abdullah bin Syidad berkisah,” “ Saya pernah mendengar suara sesenggukan Umar saat membaca  ayat :”…bahwasanya aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah (Yusuf : 86)
Ibnu Umar pun berkata, “ aku pernah mengerjakan shalat di belakang Umar dan kudengar isak tangisnya dari shaf ketiga . Sahabat yang lain mengatakan “ Umar pernah mengimami kami shalat Fajar maka Umar membaca surah Yusuf dari awal dan ketika sampai ayat “ Dan kedua mamenjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (kepada anak-anaknya) Yusuf 84 :…. Umar menangis sehingga suara sesenggukannya terdengar sampai shaff belakang. Maka Uqbah membacakannya dan Umar menangis keras, lantas berkata ‘” Aku tidak pernah menyangka bahwa ini telah diturunkan..”
Hafsh Bin Humaid meriwatkan dari Syamar bin Athiyyah, bahwa apabila Umar bin Khattab membaca ayat  QS Maryam : 71  “ Dan tidak seorangpun dari kalian yang tidak melewatinya (neraka)..”
Maka Umar menangis dan berkata,’ Wahai Rabbku, aku termasuk yang engkau selamatkan atau yang engkau  biarkan di dalamnya dalam keadaan berlutut?”..
ABDURRAHHMAN BIN AUF
Panggilannya Abu Muhammad . Beliau adalah salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga dan salah seorang dari enam orang Ahlusy syura yang dibentuk oleh Umar bin Khatab. Beliau juga seorang yang turut serta dalam perang Badar. Sa’ad bin Ibrahim mengkisahkan “ Pada suatu ketika seseorang mengantarkan makan malam Abdurrahman bin Auf yang mana siangnya dia berpuasa. Saat dia membaca QS Muzzamil 12-12..” Sungguh, disisi kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala, dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih…”  Maka Abdurrahman menangis terus dan terus menangis sampai makanannya di bawa masuk lagi. Dia tidak makan malam  padahal siangnya berpuasa.!
ABU HURAIRAH
Al Imam Al Afaqih Al Mujtahid Al Hafizh Abu Hurairah Ad Dausy Al Yamaniy, penghulu para hafizh yang terpercaya.  Sulaiman bin Muslim bin Jammaz menyatakan pernah mendengar Abu Ja’far menyampaikan bahwa pada saat Abu Hurairah radiallahu anhu membaca surat At takwir, dia bersedih seakan-akan ditinggal mati kerabatnya.
AISYAH
Aisyah binti Abu Bakar Ash shiddiq Al Qurasyiyah At tamimiyah al Makiyyah , Istri Nabi SAW dan wanita yang paling memahami urusan agama secara mutlak.
Abu dhuha meriwayatkan dari seseorang yang mendengar dari Aisyah Ra saat dia membaca ayat :
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu…(AL Ahzab : 33)
“Dia menangis sampai kerudungnya basah. Aisyah menangis karena menyesal telah pergi ke Basrah, dan keluar rumah saat perang Jamal. Qasim berkata,” Saat aku berkeliling di pagi hari, aku biasa memulainya dengan rumah Aisyah; kuucapkan salam kepadanya. Suatu pagi aku ke sana kudapati ia asedang bertasbih (mengerjakan shalat) dan membaca :
“ Maka Alah memberi karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka (Ath Thur; 27)
Dia berdoa sambil menangis. Dia mengulang-ulangnya .Aku berdiri menunggu sampai bosan.  Karenanya aku pergi ke pasar berbelanja dan kemudian kembali ker rumah Aisyah. Ternyata dia masih berdiri seperti saat kutinggalkan. Dia shalat sambil menangis…(Muhammad Syauman Ar Ramli , Aqwam 2007)
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al Qur’an ) dibacakan kepada mereka , mereka menyungkurkan wajah, bersujud dan mereka berkata “Maha suci rabb kami; sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi,” Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk” (Al- Isra 107-109).

Ku Menyambutmu Wahai Ramadhan

Saudaraku, akan datang tamu mulia menghampiri detik detik kehidupanmu, membawa serangkaian kabar gembira; setiap pahala amal ibadah dilipatgandakan, dosa-dosa diampuni, pintu pintu syurga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup, syeitan dibelenggu, penghuni neraka dibebaskan, suatu ibadah dan qiyam menjadi pelebur dosa-dosa kita yang telah silam, ada satu malam dimana nilai ibadah pada malam itu melebihi nilai ibadah selama SRIBUB BULAN. Ramadhan, itulah tamu mulia yang mengetuk pintu rumahmu.
Betapa beruntungnya hamba Allah yang didatangi tamu mulia ini, betapa mulianya seorang hamba yang mampu menyambut tamu ini dengan mensucikan diri dan beri’tikad kuat untuk merubah diri, menyambutnya dengan tuturkata dan perilaku yang mulia, menyajikan baginya jamuan terindah dengan menghadirkan tilawah dan tadabbur Al-Quran, menghadiahkan harta dan sumbangan. Barang siapa yang demikian, maka jikala tamu Ramdhan keluar meninggalkannya, dia akan menjadi seorang muslim yang mulia di hadapan Allah, suci bagaikan seorang bayi yang terlahir dari perut ibunya.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متّفق عليه)
Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar ke-imanan dan ibadah (bukan rutinitas) dan mengharapkan ridha Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (H.R. Bukhori dan Muslim)
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ, فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (رواه ابن ماجه)
Bulan Ramadhan adalah bulan yang telah Allah wajibkan kepadamu berpuasa, dan Aku sunnahkan  bagimu ibadah pada malam harinya. Maka barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan beribadah (shalat tarawih) pada malam harinya karena keyakinan iman (bukan rutinitas harian) dan mengharapkan ridho Alla Ta’ala, keluarlah ia dari segala dosa-dosanya sebagaimana bayi yang baru lahir dari kandungan  ibunya. (H.R. Ibnu Majjah, Hadist No. 1832, Bab Qiyam pada bulan Ramadhan)
Saudaraku, tamu Ramadhan kerap datang menghampirimu. Persiapkanlah dirimu untuk menyambutnya, kuatkanlah fisik dan kesehatanmu untuk bermunajat kepada Allah bersamanya.  Hargailah ia, fahamilah nilainya. Demi Allah, betapa bernilainya kedatangan ia kepadamu, dimana belum tentu ia akan kembali menghampiri rumahmu pada kesempatan yang akan datang. Aku menyambutmu wahai Ramadhan..!
Rahmat Allah Menyelimuti Dunia.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ ز (رواه البخلري)
Rasulullah SAW bersabda: Apabila datang bulan Ramadhan, pintu langit[1] dibuka, pintu jahannam ditutup dan syaitan dibelenggu. (HR. Bukhari)
Saudaraku, tidakkah kita merasakan “magnet kabaikan” itu saat ramadhan menghampiri kita? Hati yang kian lama keras, menjadi lembut saat Ramadhan. Lisan yang kian lama kering dengan ayat Al-Quran kembali basah pada bulan Ramadhan. Aktivitas duniawi yang kita lakukan selepas isya, sanggup kita kesampingkan dan menggantinya dengan qiyam. Lapar dan dahaga mampu kita menahannya diterik matahari dan beratnya tuntutan kerja. Seorang yang tidak dapat bangun diwaktu fajar akan bangun diwaktu fajar. Yang biasa tidak shalat berjamah, ia dapat shalat berjamaah. Bahkan siaran televisi yang konon merusak akhlak, pada bulan ramadhan ikut menyiarkan nilai-nilai Islam.
Rahmat Allah menyelimuti dunia, Demikianlah kalimat singkat yang bisa kita ibaratkan saat Ramadhan datang. Seorang ulama beranama Qadhi ‘Iyadh saat menafsirkan hadits di atas, beliau berkata: Hadits ini memiliki makna implisit yaitu Allah telah menurunkan keampunan yang besar dan ganjaran yang melimpah. Dibukanya pintu syurga boleh berarti bahwa Allah membuka hati manusia untuk taat kepadanya dan senantiasa melakukan amala shalih yang dapat mengiringnya ke pintu syurga. Ditutupnya pintu neraka juga boleh berarti bahwa Allah memalingkan hati, mata dan telinga hambanya dari hal-hal buruk yng dapat menghantarkannya ke neraka. Adapun dibelenggunya syaitan itu berarti bahwa Allah melemahkan kekautan syaitan untuk mengoda manusia[2]. Hanya tersisa syaitan-syaitan yang berwujud manusia.!
Betapa terbukanya kesempatan itu, betapa kuatnya “magnet kebaikan” itu, merugilah bagi hamba Allah yang didatangi tamu Ramdhan, ia masih bermalas-malasan, masih disibukkan dengan perdagangan, karir dan kerjaan. Rasulullah SAW menguatkan ikat pinggangnya di Ramadhan sebagai ibarat akan keseriusan beliau dalam menginfakkan dirinya untuk Allah, menafkahkan waktunya untuk I’tikaf dan beribadah kepada Allah.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْر أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وشَدَّ الْمِئْزَرَ (رواه مسلم).
‘Aisya radiyallahu ‘anha berkata bahwa Rasulullah SAW, jika memasuki sepuluh malam terakhir, ia mendirikan malam-malamnya, membangunkan keluarganya, memperbanyak ibadah dan menguatkan tali pinggangnya[3](HR. Muslim)    
Merugilah hamba Allah yang memasuki Ramadhan, hatinya masih keras untuk membaca Al-Quran, tangan berat hendak bersedekah dan member makan orang yang berpuasa, serta kaki pun kaku hendak melangkah shalat berjamaah. Lebih merugi jika ia meninggalkan puasa Ramadhan itu sendiri,na’uzubillah.!
Saudaraku, jika lepas rahmat Allah dari hari-harimu di bulan ramadhan ini, maka telah lepas dari genggammanmu berjuta-juta kebaikan.
قَدْجَاءَ كُمْ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةُ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْحُرِمَ (رواه أحمد والنساءي والبيهقى).
Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah telah mewajibkan kamu berpuasa, dan pada (bulan itu) dibukakan pintu-pintu Syurga, dan ditutup pintu-pintu Neraka dan dibelenggu syetan-syetan, dan juga ada satu malam yang nilai ibadahnya lebih baik dari seribu bulan,maka barang siapa yang tidak berhasil memperoleh kebaikannya, maka telah terlepas darinya kebaikan yang banyak[4]. (H.R. Ahmad, Nasai dan Baihaqi).
rahmat
Rahmat Hidayat Lubis
BA, IICC Tripoli Libya
MA, UNISSA Brunei


[1] Dalam riwayat Imam An-Nasai: dibuka pintu syurga.  Kedua-duanya benar, bahwa saat Ramadhan tiba pintu langit dan Syurga dibuka.
[2] Ibnu Hajar, Fathul Bari, Juz 6, hal. 136.
[3] Meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah lebih dari hari biasanya.
[4] Sebagian ahli hadits mengatakan bahwa maksud dari “terlepas darinya kebaikan yang banyak” adalah ia tidak mendapatkan kebaikan di tahun itu. Namun kami lebih memilih pendapat yang pertama yang menyatakan bahwa “terlepas darinya kebaikan yang banyak”.

Lagi, Kafir Eropa Buat Film Pelecehan Islam : Aisha and Muhammad

Sebuah film animasi yang dibuat oleh Imran Firasat, seorang murtadin asal Pakistan, ia membuat film animasi yang sangat melecehkan Rasulullah SAW, ketika menikahi Aisha dalam usia muda, dengan mengambil potongan potongan hadis secara sembarangan dan  tidak lengkap serta disimpangkan.
Film yang didasari kebencian akan Islam, yang menggambarkan hubungan suami isteri Muhammad dan Aisha yang ditayangkan dengan sangat direndahkan oleh pembuat film ini.
Ini menambah turbulansi kemarahan umat Islam atas aktivitas anti Islam di Eropa ini. Film yang diprakarsai pembenci Islam dari Denmark, Norwegia, Jerman dan Inggris ini akan dirilis dalam berbagai bahasa (termasuk bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Swedia, dan Spanyol).
Para analisa sinema memprediksikan akan muncul  turbulansi  protes dari umat Islam ,  melanjuti insiden atas film anti Islam (Fitna) sebelumnya yang dibuat di negeri Belanda.

TEMUKAN KEINDAHAN RAMADHAN DENGAN IMAN DIHATIMU


Manusia mana yang tidak merasa gembira, senang dan suka cita ketika menyambut datangnya Ramadhan, pastilah semua bahagia menyambutnya. Semua itu karena kita sebagai manusia pasti akan kembali pada titik-titik tertentu dimana kita akan kembali mencari induk kita, pencipta kita, Rabb kita, yakni Allah SWT. Ada masanya dimana kita akan sangat merindukan pencipta kita, dan pastilah kita akan kembali pada Nya di akhir perjalanan kehidupan kita. Dan inilah saatnya, perasaan rindu itu muncul ke permukaan, perasaan yang terpendam jauh di dasar samudra bernama hati kini perlahan menampakkan cahayanya.

Semua rumah Alloh baik yang di tengah pusat kota bahkan di pelosok-pelosok negeri yang tak pernah dijamah pun kini penuh diisi oleh para pencari Tuhan yang sedang kehausan mencari air keimanan yang selama ini sulit digapai. Bagai jiwa yang brgejolak, mereka berlari, berbaris ingin menempati shaf terdepan, mengantri dengan sabar untuk dapat berjumpa denganNya.

Mereka temukan ketenangan di sana, ya ketenangan dari seluruh persoalan dunia yang menghimpit, ketenangan dari hingar bingar yang tak hentinya menyambar, ketenangan jiwa dan ruh untuk kembali kepada fitrahnya.Ada ketenangan yang kita cari selama ini, dan hanya ada dalam Ramadhan-lah kita bisa menemukannya.

Mereka menanggalkan sementara urusan dunia mereka demi berdiri tegak untuk menatap wajah sang penciptanya. Mereka rela berpeluh keringat, hanya demi sebait kerinduan yang selama ini mereka nantikan. Tak pandang si kaya atau si miskin, si elok atau si buruk rupa, semua sama di hadapan Nya kini, semua berlomba memuji, mengagungkan, memohon padaNya dan berlomba bermunajat padaNya untuk mendengarkan kisah kerinduannya yang dipendamnya selama ini.

Setahun lamanya menanti dan Alloh hanya ciptakan satu pertemuan dalam satu bulan bernama Ramadhan untuk menjamu para tamuNya dengan suguhan kenikmatan yang tiada tandingannya.

Marhaban yaa Ramadhan.

Bulan mulia itu telah datang, mari rengkuh ia, dan jangan biarkan ia pergi begitu saja. Mari raih kenikmatan di dalamnya. Ada cinta di sana, ada kasih sayang bagi sesama, ada kepedulian untuk semua, dan ada kesucian nan fitri pada akhir perjalanannya.

Marhaban yaa Ramadhan.

Biarkan jiwa ini menemui penciptanya, dibelai mesra dan dimanjakan oleh kenikmatan yanag hakiki. Bebaskan segenap penat dan gundah gulana, berikan kepada Nya, dan rasakan ketenangan saat hati kita dekat dengan Nya, saat raga tunduk pada semua aturan Nya..

Yaa Rabb, jadikan sepuluh hari pertama ramadhan ini sebagai ramadhan yang penuh keberkahan, limpahan ramat dan kasih sayang, dan sampaikan pula kepada fase ramadhan sepuluh hari kedua, dimana maghfiroh Mu yang luas senantiasa membelai dan merengkuh kami atas segala kesalahan kami, dan jadikan kami sebagai pemenang finalis ramadhan di sepuluh hari terakhir Mu ya Alloh, karena kami berharap tak terjangkau oleh jilatan api neraka.

BUKTI ILMIAH JARAK KEDUA PINTU SYURGA DENGAN PERMISALAN DI DUNIA


PADA tahun 2012 lalu, ilmuwan Islam, Syekh Abdul Majidaz-Zindany mengumumkan sebuah kebenaran mukjizat ilmiah (ijazulilmy) dari perkataan Rasululullah yang disampaikan 14 abad yang lalu. Dalam hadist Abu Hurairah bahwa sabda Rasululullah saw:

“..demi dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya! Sungguh jarak antara dua pintu (yang ada daun pintunya) dari pintu-pintu surga seperti antara Makkah dengan Hajar, atau seperti antara Makkah dengan Bushra.” (HR. Muslim No. 287). Tips sukses hadapi permasalahan hidup

Syekh Abdul Majidaz-Zindany mengatakan pengukuran yang dilakukan dilapangan (secara daratan) tidak sepenuhnya bisa diandalkan, maka dari Itu harus diukur secara mengudara agar tidak terhalangi oleh hambatan medan di tanah.

Dan setelah pesawat terbang dan satelit ditemukan pada abad ke-20, manusia telah mampu mengukur jarak antara Makkah dan Hajar dan jarak antara Makkah dan Mushra, memalui google earth, dan kebenaran membuktikan kebenaran ilmiah dari hadist tersebut bahwa jarak Makkah-Hajar sama tepatnya dengan jarak Makkah-Bushra, dimana keduanya memiliki jarak yang sama yaitu1.272 km, Subhanallah!

Sekali lagi kebenara mujizat baginda Rasullullah saw telah terbuktikan secara ilmiah melalui teknologi-teknologi zaman sekarang, dan itu sama sekali tidak dikenal di zaman Rasullullah. Lebih baik menjadi mantan pelacur daripada mantan ustadzah

Sungguh benar firman Allah SWT: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepada-nya oleh (jibril) yang sangat kuat. (QS. An-Najm: 3-5).





Rabu, 25 Juni 2014

Sukses Menghadapi Ujian Hidup

Allah Mahabaik. Semua yang diciptakan-Nya, selalu diberikan pasangan. Jika ujian adalah salah satu makhluk-Nya, maka sudah barang tentu bahwa Dia telah menyertakan solusinya. Sebagaimana sebuah penyakit, pasti sudah disertakan obatnya oleh Sang Pencipta penyakit. Sehingga, sebagai manusia, kita hanya perlu belajar dan menemukan formula yang tepat untuk semua jenis ujian yang sudah pasti akan ditimpakan kepada kita, hingga ajal menjemput diri.

Pertama, sadari bahwa ujian adalah keniscayaan.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar . (al-Baqarah [2]: 155)

Dengan adanya pemahaman yang baik tentang keniscayaan ujian ini, maka kita bisa bersikap bijak jika suatu ketika ujian itu benar-benar datang menghampiri kehidupan kita yang sedianya damai dan menentramkan.

Kesadaran ini juga akan membuat diri lebih waspada. Semakin sadar untuk mempersiapkan solusi. Juga, rajin menuntut ilmu untuk menyikapi segala kemungkinan ujian yang akan Allah berikan.

Dua, gunakan keimanan sebagai solusi sejati. Rasul pernah berkata, “Sungguh ajaib keberadaan orang beriman. Jika diberi nikmat, dia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika diberi ujian, dia bersabar, dan itu baik pula baginya.”

Jika perkataan seorang Presiden saja –misalnya- sangat kita hormati dan dipegang teguh sebagai rujukan, maka perkataan seorang nabi jauh lebih layak untuk dirujuk, diingat-ingat dan dijadikan sebagai pedoman hidup. Apalagi, Rasulullah tak pernah sekalipun berbohong. Bahkan, setelah ilmu sedemikian maju, semua perkataan beliau bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah kebenarannya.

Jika kita bersabar terhadap ujian yang diberikan, maka janji Allah sudah sangat pasti kejelasannya,“Mereka (orang-orang sabar) itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (al-Baqarah [2]: 157)

Tiga, minta tolong kepada Allah. Ujian yang diberikan, sejatinya adalah sebuah sarana agar kita semakin mendekat pada-Nya. Karena memang, Dialah zat Yang seharusnya kita dekati di sepanjang usia kehidupan kita. Allah yang memberikan ujian, sudah melengkapinya dengan banyak tools pertolongan yang bisa kita gunakan setiap saat, sesering mungkin.

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. (al-Baqarah [2]: 153)

Sungguh, tidak ada yang lebih baik dari meminta tolong kepada Allah, dan menjadikan sabar dan shalat sebagai tools agar kita mendapat pertolongan dari-Nya. Dialah sebaik-baik pelindung dan penolong.

Empat, Allah bersama anda. Sabar ketika mendapati ujian bukan bermakna pasif. Tapi aktif mencari solusi dengan berbekal ilmu yang tepat. Sering bertanya kepad ahlinya, membuka semua peluang solusi yang mungkin dan juga menyiapkan opsi-opsi lain jika langkah pertama gagal.

Jika kita berhasil mengeja sabar, maka itulah jalan terbaik yang memang harus kita lalui. Selain itu, sabar membuat pelakunya menjadi salah satu hamba kesayangan Allah. Apakah ada yang lebih baik bagi seorang hamba selain disayangi Sang Pencipta?
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (al-Baqarah [2]: 153)

Allah mencintai siapa saja yang sabar. Sehingga, Dia menyertai golongan-golongan itu.

Lima, ilmui setiap laku. Langkah teknis tak boleh ditinggalkan. Karena durian runtuh, sangat jarang adanya. Hujan duit juga menjadi sesuatu yang mustahil jika diri hanya berongkang-kaki di dalam rumah, tanpa melakukan upaya apapun. Sesering mungkin mendekatkan diri kepada Allah itu sangat baik, tapi akan jauh lebih baik jika disertai dengan upaya keras untuk menjemput turunnya pertolongan Allah.

Mengilmui adalah upaya agar ujian menjadi tantangan. Agar prahara menjadi anugrah. Agar kita tak salah langkah. Karena kebodohan adalah pangkal keterjerumusan.

Rajin-rajinlah membaca buku, berdiskusi dengan pakar, sering mengunjungi orang shaleh, jangan malu bertanya, dekati mereka yang sudah lebih berpengalaman dalam hidupnya. Banyak berdiskusi dengan orang yang tepat adalah hal-hal yang bisa membuat diri tidak terjerumus pada lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Kenali diri dengan baik. Fahami kelebihan dan kekurangannya. Karena biasanya, ujian diberikan bersesuaian dengan letak kekurangan seseorang. Dengan mengetahui kekurangan diri, seseorang bisa melakukan tindakan-tindakan antisipatif. Ini juga bisa membuat seseorang menghindari dan menjauhkan segala sebab yang mungkin mengantarkannya pada kesalahan dalam menyikapi ujian yang diberikan.

Misalnya seseorang yang lemah dalam pengelolaan uang. Maka, sebisa mungkin, untuk tidak menerima amanah dari keluarga, organisasi, atau instansi tempat bekerja yang terkait dengan pengelolaan dan pengaturan uang.

Atau, misalnya seorang pemuda yang labil dalam masalah syahwat. Maka, seiring diri menyiapkan untuk mampu menikah, minimalisir setiap penyebab yang mungkin menggoda. Mulai dari menahan pandangan, bergaul dengan orang shaleh, mencari lingkungan yang baik, sibukkan dengan amal shaleh dan hindari ketersendirian. Karena, ketika sendiri, setan akan lebih mudah menggoda.

Enam, anda tidak sendiri. Seringkali, ujian berat terasa begitu menyesakkan. Dalam tahap ini, ketika salah menyikapi, mungkin saja seseorang akan menyalahkan Allah. Bahwa Dia tidak adil, dholim dan sejenisnya. Padahal Allah sangat tidak mungkin memiliki sifat itu semua.

Hal ini pula yang pernah terjadi di zaman Rasulullah. Ketika banyak orang beriman Makkah yang disiksa oleh kafir quraisy. Para sahabat datang kepada Rasul dan berkata, “Dimanakah pertolongan Allah?” Lalu dengan air muka sumringah yang meneduhkan, manusia mulia itu berkata, penuh makna, “Apa yang kita alami tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan umat terdahulu. Ada diantara mereka yang dikubur hidup-hidup, disiksa dengan ditusuk dari duburnya, disisir menggunakan besi dan dikuliti layaknya hewan sembelihan.”

Menyeksami riwayat ini, pantaskan kita mengatakan, “Allah dimana?” Padahal kita hanya diuji dengan urusan dunia yang tak seberapa jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (al-Baqarah [2]: 250)[]


Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com 


DVD ANAK SHOLEH FILM EDUKASI ANAK MUSLIM INDONESIAORDER SEKARANG JUGA SELAMA MASA PROMO

Kehidupanku Bersama Lalai

Lalai merupakan kondisi di mana seseorang menunda-nunda kewajibannya, baik yang menyangkut dalam hal dunia maupun akhirat tanpa udzur yang jelas (syar’i). Lalai tersebut bisa dalam bentuk menjalankan aktifitas sehari-hari maupun dalam beribadah kepada Tuhannya. Lalai dengan sengaja sangat merugikan bagi kehidupan seseorang. Tidak hanya merugikan diri sendiri, namun juga bisa merugikan orang lain.

Di saat kelalaian dan kesesatan melanda umat manusia, Allah Subhaanahu wa Ta’ala selalu mengutus seseorang untuk memberi petunjuk kepada mereka supaya kembali ke jalan yang benar mematuhi segalan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir).” (QS. Al-Baqarah: 268).

Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam merupakan salah satu utusan-Nya. Yang di dalam hatinya selalu aktif untuk ikut andil dalam berdakwah dan melakukan perubahan kepada umatnya menuju kebaikan. Tidak henti-hentinya beliau berdakwah, walau hambatan dan rintangan selalu menghiasi hidupnya.

“Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” (QS. Asy-Syu’araa:3).

Bila diperhatikan, banyak diantara kita yang lebih mementingkan kehidupan duniawinya saja. Bekerja dari pagi hingga malam, bahkan tak jarang mungkin pula ada yang sampai pagi lagi. Sedangkan ibadah dilakukan seadanya saja. Ini merupakan salah satu tindak kelalaian yang melanda umat manusia. Begitu pula bila kehidupan hanya dihiasi dengan beribadah saja, tanpa memerhatikan keadaan sekitar, ini pun juga tidak benar.

Kita harus cerdas dalam membagi waktu. Agar semua ruang lingkup kehidupan dapat diakses dengan baik dan mudah. Kita bisa berpartisipasi menjalani aktifitas maupun berhubungan langsung dengan Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Lalai bisa terjadi bila diri malas dalam mengerjakan sesuatu sehingga setiap pekerjaan yang ada justru selalu menumpuk dan tidak kunjung selesai. Setiap manusia adalah pemimpin, maka dari itu, manusia yang baik adalah bermanfaat kepada sesama dan tidak melalaikan tugas. Bagaimana bisa menjadi seorang pemimpin berkualitas, bila di dalam dirinya masih tersimpan rasa malas dan lalai.

“Bersemangatlah dalam hal-hal yang akan memberikan kemanfaatan kepadamu! Mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menyerah. Jika kamu terkena satu musibah janganlah kamu berkata, ‘Jika tadi saya melakukan yang lain, maka akan terjadi hal yang lain pula.’ Akan tetapi, katakanlah,’Semua ini adalah kekuasaan Allah. Apa yang dia kehendaki, Dia kerjakan.’ Sesungguhnya kata ”jika/seandainya”, bisa menjadi pintu masuk setan (untuk menggoda kalian).”

Diantara bentuk ibadah atau ketaatan yang acap kali terlupakan dan tidak mendapat banyak perhatian adalah berpikir dan merenung. Allah Subhaanahu wa Ta’ala dalam menciptakan segala sesuatu tentu tidaklah sia-sia. Untuk itu, sebaiknya manusia mampu berpikir, siapa yang menciptakan, bagaimana ia diciptakan, untuk apa ia diciptakan, dan seterusnya. Berpikir tentang siapa yang menciptakan dan diri sendiri adalah hal yang utama.

“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu (susunan tubuh)-mu seimbang dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS: Al-Infithaar:6-8).

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk lain). Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS: Al-Mu’minuun:12-14).

Jika manusia dapat berpikir kepada hal-hal positif, misalkan tentang alam semesta yang sangat luas, berpikir tentang kematian dan alam akhirat, tentang Al-Qur’an, nilai dunia dan akhirat, nikmat yang telah diberikan Allah subhaanahu wa ta’ala, fenomena alam, kebesaran Allah Yang Maha Esa, hal positif lainnya, maka kelalaian, kesesatan maupun bentuk keburukan lain, bisa diminimalisir bahkan dihilangkan. Perkara ini memang bukanlah hal yang mudah untuk dikendalikan. Terlebih, bila sudah menjadi kebiasaan sehari-hari yang terus saja mengganggu. Tidak dapat dipungkiri, manusia yang memiliki sifat lalai, kurang memiliki kedisiplinan dalam hidup, kurang memahami hakikat tauhid dalam agama dan tidak terjalinnya keharmonisan dalam beribadah kepada Allah subhaanahu wa ta’ala.

Allah subhaanahu wa ta’ala merahasiakan masa depan setiap manusia, itu menandakan agar kita bisa berprasangka baik, merencanakan yang terbaik, berusaha yang terbaik, dan selalu bersyukur serta bersabar atas apa yang dilakukan dan diraihnya ke depan. Kelalaian dengan tidak melakukan hal yang bermanfaat, bisa mengikis semua impian tersebut. Kerja keras memang dibutuhkan agar bisa mewujudkan hakikat kehidupan yang lebih baik dan.

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian mempunyai ilmu maka gunakanlah secara maksimal ilmu kalian itu. Dan sesungguhnya kalian mempunyai masa akhir, maka berjalanlah menuju akhir masa kalian. Sesungguhnya seorang mukmin berada dalam dua kekhawatiran: Apakah yang diputuskan oleh Allah atas (amal perbuatan yang dilakukan pada) masa yang telah lewat? Dan apakah yang akan ditetapkan oleh Allah kepadanya pada masa yang masih tersisa. Oleh karena itu, hendaknya seseorang mempersiapkan dirinya dengan berbagai bekal di dunia ini untuk kebaikannya di akhirat nanti. Hendaklah ia menyiapkan diri pada waktu mudanya sebelum datang masa tua dan di saat sedang sehat sebelum datang waktu sakit. Sesungguhnya kalian diciptakan adalah untuk kehidupan akhirat. Adapun dunia diciptakan untuk (keperluan) kalian. Demi Zat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, setelah kematian tidak ada (manfaatnya) orang yang mencela dan seteah kehidupan dunia tidak ada tempat bersinggah, melainkan surga dan neraka. Saya memohon ampun kepada Allah swt. semoga dosa-dosa kita diampuni-Nya.” (HR. al-Baihaqi dalam “Syu’abul-limaan,”Abu Nu’aim dalam “al-Hilyah dari al-Hasan al-Basri, dan ad-Dailamy dalam al-Firdaus).

Sangat disayangkan, bila ilmu yang kita miliki tidak digunakan dengan baik. Melainkan, diramu dengan kelalaian dan kemaksiatan dengan menghalalkan segala cara Dalam memanajamen waktu, memang tidak mudah, maka dari itu, keutamaan dalam menjalankan hal-hal positif, melalui dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah subhaanahu wa ta’ala. Komitmen dalam memperbaiki diri merupakan cerminan akhlak yang baik bagi setiap orang. Untuk bisa menghindari sifat lalai seperti ini, tentulah kita harus teladani Nabi Muhammad shallallahu’alayhi wa salam beserta para sahabatnya. Bagaimana dalam aktifitas dan kehidupan sehari-harinya selalu digunakan untuk beribadah kepada Allah serta menjadi pribadi yang bermanfaat kepada sesame manusia, walau ujian dan cobaan terus menerpa.[]

Penulis: Reza Arghavin
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Forum Lingkar Pena Ciputat

Selasa, 24 Juni 2014

Khatam dan Tartil

Dalam kitab at-Tibyan fi Adab Hamalat al-Quran, Imam an-Nawawi menjelaskan banyak hal etika membaca Alquran. Di antaranya, ada dua keutamaan yang menarik, yaitu khatam dan tartil.

Khatam artinya menamatkan atau menyelesaikan membaca Alquran, dari surah al-Fatihah hingga an-Nas. Tartil adalah membaca Alquran dengan perlahan atau tidak tergesa-gesa.

Khatam dan tartil tergolong utama dilakukan. Namun, karena satu dan lain hal, terutama bagi kebanyakan orang, dua hal tersebut dirasa berat. Mari simak pengalaman ulama salaf terkait khatam dan tartil.

Tentu saja dengan harapan dapat mengambil pelajaran berharga dari mereka. Selanjutnya, mudah-mudahan dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ulama salaf memiliki kebiasaan berbeda menamatkan Alquran.

Ada yang lama, cepat, dan benar-benar cepat. Mereka mempunyai target menamatkannya. Mereka melakukan atas kemauan sendiri.

Ibnu Abu Dawud berkata, sebagian ulama salaf menamatkan Alquran sekali dalam dua sampai satu bulan, 10 malam, delapan, tujuh, dan enam malam.

Sebagian ulama salaf yang lain menamatkan Alquran dalam lima, empat, tiga , dan dua malam. Sebagiannya, ada yang menamatkan dalam satu hari satu malam.

Sebagian ulama salaf ada yang menamatkan Alquran dua dan tiga kali dalam satu hari satu malam. Hebatnya lagi, ada yang delapan kali dalam sehari semalam.

Yakni, empat kali pada waktu malam dan siang. Subhanallah. Di antara yang menamatkan Alquran satu kali dalam satu hari, yaitu Utsman bin Affan, Tamim ad-Dariy, Said bin Zubair, Mujahid, dan asy-Syafii.

Mereka menamatkannya tiga kali dalam sehari, Sali bin Umar, seorang qadhi di Mesir pada masa pemerintahan Dinasti Muawiyah. Abu Bakar bin Abu Dawud menamatkan Alquran tiga kali dalam satu malam.

Selain itu, Abu Utsman al-Maghribi berkata, Ibnu Khatib menamatkan Alquran empat kali pada siang dan malam. Katanya, “Inilah jumlah terbanyak menamatkan Alquran dalam sehari semalam yang saya ketahui.

Di lain pihak, ada sebagian ulama salaf yang mementingkan tartil daripada khatam. Kelompok ini memandang tidak apa-apa kalau tidak khatam dalam waktu singkat. Hal yang penting tartilnya terjaga baik.

Ada sebagian ulama salaf yang mengulang membaca satu ayat agar meresapinya. Cara demikian dilakukan Rasulullah SAW. Di belakang Rasulullah SAW, ada juga sejumlah ulama salaf yang melakukan cara sama.

Ambil contoh, Tamim ad-Dariy. Ia membaca berulang-ulang ayat berikut, “Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu,” (QS al-Jatsiyah [45] : 21). Demikian pula Ibnu Masud, Said bin Zubair, dan yang lainnya.

Senin, 23 Juni 2014

Lebih Baik Jadi Mantan Pelacur daripada Mantan Ustazah

KH. Ali Mustofa Yaqub bersama Presiden Amerika Saat Obama
Berkunjung ke Indonesia tahun 2012 lalu.
Pascadeklarasi penutupan lokalisasi Dolly pada Rabu (18/6), Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Yaqub mengimbau agar mantan pekerja seks komersial (PSK) melakukan tobat. Caranya mengisi keseharian mereka dengan mengikuti pengajian dan kegiatan-kegiatan spiritual lain.

“Lebih baik jadi mantan pelacur daripada mantan ustazah. Lebih baik jadi PSK yang bertobat daripada jadi ustazah, tapi kemudian jadi pelacur.” ujar Ali kepada Republika, Kamis (19/6).

Sebelum melakukan penutupan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah memberikan berbagai pelatihan agar para PSK dapat beralih profesi menjadi desainer, penjahit, dan pekerjaan sebagainya. Ali menyayangkan, masih ada PSK di Dolly yang menolak pekerjaan halal tersebut.

“Yang nggak mau (beralih profesi) ya sudah. Karena kan tidak ada Undang-Undang yang melarang orang untuk jadi pelacur.” ujar Ali.

Dia menyatakan, alasan ekonomi tidak dapat dijadikan alasan seseorang untuk menjadi PSK. “Kalau betul karena alasan ekonomi, seharusnya dengan ekonomi yang halal, dengan pekerjaan yang halal, hidupnya akan lebih tenang," katanya.

Menurut dia, mempekerjakan PSK adalah tindakan yang berlawanan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Orang yang mempekerjakan PSK dianggap telah melakukan kezaliman dengan mengeksploitasi wanita untuk mencari keuntungan pribadi.

“Setiap orang punya hak untuk memilih yang baik. Dengan mempekerjakan PSK berarti memberikan pilihan yang tidak baik.” ujar Ali.
***

Yusuf Mansyur Ingatkan untuk Menomorsatukan Allah SWT

Persoalan menjadi mudah, ketika manusia hanya mengandalkan Allah semata. Kebingungan menjadi sirna, sebab hanya Allahlah yang menjadi tempat bergantung. Persoalannya, banyak di antara umat Islam menjadikan Allah sebagai prioritas, hanya sebatas di lisan saja dan belum diyakini dalam jiwa. 

Padahal, kenyataan bahwa Allah sebagai satu-satunya solusi perlu diyakini sejak dini. Begitulah sedikit pesan dari rangkaian karya ustaz Yusuf Mansur yang dikemas dalam satu judul buku "Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus".

"Ya intinya, pesan buku ini adalah ajakan untuk menomorsatukan Allah di atas segalanya, dalam keadaan bagaimana pun dan sampai kapan pun," kata Ustad Yusuf Mansur dalam acara peluncuran bukunya pada Ahad (22/6).

Bagian keempat buku, meliputi gaya hidup Muslim yang seharusnya diwarnai dengan kesederhanaan, saling mendoakan, menjaga dan mengintrospeksi, serta senantiasa berdzikir dan melakukan muhasabah. Ia pun mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi jelang Pilpres, di mana semua orang kebanyakan saling menjatuhkan dan saling dengki.
"Padahal, jelang ramadhan seharusnya diisi dengan perilaku-perilaku bijak, saling membaguskan dan saling mendoakan sesama umat Islam.

Di bagian akhir, yakni terdiri dari lima sub judul, Yusuf Mansur menulis soal indahnya berjamaah. Maksudnya, segala arah kesuksesan sejati ditempuh lewat jalan kebersamaan. Entah itu sukses menjadi pemimpin agama, bisnis maupun politik. Berjamaah juga mesti ditunjukkan dalam rangka memperlihatkan kemuliaan Islam. "Mari tunjukkan bahwa Islam itu hebat, tidak suka hal-hal kotor, korupsi dan justru suka kejujuran dan keadilan," lanjutnya. Caranya, tentu dengan menjadi pribadi Muslim yang setia kepada nilai-nilai yang dijarkan dalam Alquran. Serta tentu saja, umat Islam harus berjamaah dalam menomorsatukan Allah. 

Sejatinya, buku ini memuat kumpulan dakwah penulis yang dituangkan dalam tulisan. Buku dikemas dan disandingkan dengan tulisan ustaz inspiratif lainnya yakni ustaz Arifin Ilham yang menulis buku berjudul "Bersiap untul Akhirat". Jika Yusuf Mansur mengajak untuk menomorsatukan Allah SWT, maka Arifin Ilham dalam bukunya mengajak mayarakat Islam menomorsatukan akhirat di atas segalanya, dalam keadaan bagaimana pun dan sampai kapan pun.

Namun pada intinya, lanjut Yusuf Mansur, dua judul buku dalam satu kesatuan yang diterbitkan oleh penerbit Republika ini diharapkan menjadi pengingat umat dalam menyambut Ramadhan.
*****

Alasan Yusuf Mansyur Menulis Buku 'Allah Dulu Allah Lagi Allah terus'


Ini dia alasan kenapa ustaz Yusuf Mansyur menulis buku. Buku berjudul 'Allah Dulu Allah Lagi Allah terus' dibedah langsung oleh sang penulisnya pada acara pameran buku Republika di halaman kantor Republika di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (22/6).

"Saya termotifasi untuk menulis buku ini karena ingin mengingatkan untuk umat Muslim dan untuk diri saya sendiri. Bahwa semua yang ada dalam bumi ini adalah milik Allah," ucap Yusuf Mansyur, Ahad (22/06).

"Karena semua ini milikNya, maka sudah sepantasnya Allah menjadi prioritas utama dalam keseharian kita," ucapnya mengenai isi dari buku yang ia tulis selama kurang lebih setengah tahun.

Ia juga menjelaskan bahwa selama ini masyarakat dan ia sendiri terkadang masih belum menempatkan Sang Pencipta sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, melalui buku tersebut ia berharap agar seluruh masyarakat Muslim mulai dapat memprioritaskan Allah dalam segala hal.

"Prioritas yang dimaksud adalah dengan selalu mengingat Allah dalam setiap langkah yang akan, sedang dan telah kita lakukan," ucap Yusuf Mansur saat menjadi pembicara dalam acara yang juga diisi dengan kegiatan seminar dan pelatihan menulis oleh Harian Republika.

Ia memberi contoh seperti misalnya saat seseorang akan melamar sebuah pekerjaan, maka sebelum seseorang tersebut berangkat untuk mengikuti tes interview maka dianjurkan untuk melakukan sholat dhuha terlebih dahulu.

"Jika hal tersebut terjadi di pagi hari maka orang tersebut dapat mengawalinya dengan sholat dhuha terlebih dahulu, hal ini berkaitan dengan kata Allah Dulu seperti dalam judul buku Allah Dulu Allah Lagi dan Allah Terus" ucap Yusuf Mansur.

"Setelah sholat dhuha kemudian orang tersebut dapat berangkat menghadiri tes interview yang dimaksud, misalkan ternyata sedang antri untuk tes dan sudah memasuki waktu sholat dhuhur maka orang tersebut dapat melaksanakan sholat dhuhur sembari menunggu antrean tes interview," ucapnya.